Selasa, 03 September 2019

Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan


BAB I
PENDAHULUAN

 1.1   Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh negara-negara berkembang melainkan juga negara maju seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Di Negara Indonesia sendiri kemiskinan dan kesenjangan pendapatan terdapat perbedaan yang sangat mencolok antar warga negaranya. Hal ini semakin terlihat dengan status kemiskinan di indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan menimbulkan berbagai perilaku negatif warga negaranya. Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan (yang dimaksudkan dengan kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan (presentase dari jumlah populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan) merupakan dua masalah besar di banyak LDCs, tidak terkecuali di Indonesia. Di katakan besar, karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau di biarkan akan semakin parah dampak yang akan terjadi. Pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang sangat serius.
Pada hal ini penyusun mencoba memaparkan kemiskinan di Negara Indonesia . Kemiskinan merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek seperti hak untuk terpenuhinya pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukan dukungan dan kerja sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.

1.2       Perumusan Masalah
Dalam tugas terstruktur kelompok ini, penyusun membahas mengenai masalah kemiskinan dan kesenjangan pendapatan yang ada di Indonesia, adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam analisis permasalahan adalah sebagai berikut :
-       Apa yang menjadi masalah dasar mengenai kemiskinan di Indonesia ?
-       Apa yang menjadi penyebab dari kemiskinan dan kesenjangan pendapatan?
-       Apa yang menjadi dampak kemiskinan di Indonesia ?
-       Strategi – strategi dalam mengentas kemiskinan

1.3       Tujuan
Adapun tujuan dibuat makalah yang membahas tentang kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1.      Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia.
2.      Memberikan informasi kepada masyarkat  Indonesia untuk menghadapi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
3.      Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

1.4       Manfaat
1.      Bagi penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata kuliah” Pengantar Ilmu Ekonomi”. Serta mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat.

2.      Bagi pihak lain
Makalah ini diharapakan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia.

1.5       Ruang lingkup
Makalah mengambil sampel ruang lingkup berupa masyarakat Indonesia secara menyeluruh.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.         Kemiskinan
2.1.1        Definisi Kemiskinan
Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik.
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Definisi dibuat tergantung dari latar belakang dan tujuan, juga tergantung dari sudut mana definisi tersebut ditinjaunya, untuk kepentingan apa definisi tersebut dibuat. Biasanya definisi-definisi tersebut akan saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya.

Dilihat dari standar kebutuhan hidup yang layak / pemenuhan kebutuhan pokok.
Golongan ini mengatakan bahwa kemiskinan itu adalah tidak terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan pokok/dasar disebabkan karena adanya kekurangan barang-barang dan pelayanan –pelayanannya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar kebutuhan yang layak. Ini merupakan kemiskinan absolut/mutlak yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan pokok/dasar.

Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan ,pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu :

1.      Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.

2.      Kemiskinan Relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun masih berada dibawah kemampuan masyarakat disekitarnya.

3.      Kemiskinan Kultural
Kemiskinan Kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

2.1.2         Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.

2.1.3         Faktor - faktor Penyebab Kemiskinan
Yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
1.      Kemiskinan alamiah.
Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang rendah,dan bencana alam.
2.      Kemiskinan buatan.
Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.

Selain itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
1.      Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

2.      Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata.

3.      Tingkat pendidikan yang rendah.
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.


4.      Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.

Faktor lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
a.       Belum meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah pedesaan. Kemiskinan diluar  Pulau Jawa termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan di daerah-daerah tersebut.
b.      Masih terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
c.       Masih besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar dan sosial.
d.      Kondisi kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

2.1.4        Dampak Kemiskinan dan Cara Mengatasinya.

Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang sering ditemui, entah itu di negara maju atau pun di negara berkembang seperti Indonesia. Banyaknya masalah kemiskinan di Indonesia itu tentunya disebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Dari faktor pemicu inilah akan tercipta suatu dampak kemiskinan.

Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks yaitu :

1.      Pengangguran
Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mererka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga,akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan,nutrisi,dan tingakt pengeluaraan rata-rata.

2.      Kekerasan
Sesungguhnya kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tidak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan,seperti merampok,menodong,mencuri atau menipu ( dengan cara mengintimidasi orang lain) didalam kendaraan umum.

3.      Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Mereka tidak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan  yang lebih layak.

4.      Kesehatan
Seperti kita ketahui,biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga ,biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.

5.      Konflik sosial bernuasa SARA
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan”keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjtektif.

Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia ,baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya.
Program umum pemerintah sendiri adalah program pembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi berbagai macam masalah kemiskinan, antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Kebijakan tidak langsung
Kebijakan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan antara lain adalah suasana sosial politik yang tentram, ekonomi yang stabil dan budaya yang berkembang.

2.      Kebijakan langsung
Kebijakan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifitas sumber daya manusia ,khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah. Melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang,pangan dan papan, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan – kegiaatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.

Selain dari pihak pemerintah, dari pihak masyarakaat yang bersangkutan pun juga mengatasi kemiskinan di negeri ini ,langkah-langkah tersebut adalah :
1.      Usaha individu
Seseorang boleh berusaha untuk menyelesaikan maslah kemiskinan yang dihadapinya oleh dirinya. Pada lazimnya seseorang itu dapat mengatasi kemiskinan dirinya dengan cara penerusan pendidikan ke jenjang yang tinggi.

2.      Penyedekahan
Penyedekahan merupakan saru cara yang baik untuk membantu golongan termiskin dalam masyarakat . Tetapi ia tidak dapat mengatasi masalah kemiskinan  secara keseluruhan

3.      Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi dengan cara penambahan barang-barang dan perkhidmatan yang ditawarkan dalam pasaran di sebuah negara, pembangunan ekonomi merupakan cara yang paling berkesan untuk mengatasi masalah kemiskinan.

4.      Pembangunan Masyarakat
    Pembangunan masyarakat dengan cara memberdayakan masyarakat dengan memberikan edukasi terhadap masyarakat agar mampu mengelola dirinya sendiri dan daerah nya dengan lebih baik. masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperi kepercayaan diri, menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharia, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas tugas kehidupan. berbagai hal dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat seperti mengajarkan berwirausaha, diajarkan untuk mengelola keuangan keluarga dengan baik dan benar, dsb.

5.      Pasaran Bebas
Jika ada pembangunan ekonomi ada pula pengurangan kemiskinan. Jika KDNK tumbuh dengan 1% kemiskinan akan dikurangi dengan lebih kurang 1%.

Selain dengan cara –cara diatas , kemiskinan juga dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :
1.      Bantuan kemiskinan atau membantu secara langsung kepada orang miskin.
Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
2.      Bantuan terhadap keadaan individu.
Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian krja, dan lain-lain.
3.      Persiapan bagi yang lemah .
Daripada memaberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin ,banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai oran g yang lebih miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan , atau keasdaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.

Rendahnya beberapa faktor di atas menyebabkan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Dengan rendahnya aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan berakibat pada rendahnya produktivitas dan pendapatan yang diterima yang pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.
2.1.5        Data Statistik Kemiskinan Terbaru

 Sumber gambar : www.bps.go.id

 Sumber gambar : www.bps.go.id

 Sumber gambar : www.bps.go.id

 Sumber gambar : www.bps.go.id


Ø  Persentase penduduk miskin pada September 2018 sebesar 9,66 persen menurun 0,16 persen poin terhadap Maret 2018 dan menurun 0,46 persen poin terhadap September 2017.
Ø  Jumlah penduduk miskin pada September 2018 sebesar 25,67 juta orang menurun 0,28 juta orang terhadap Maret 2018 dan menurun 0,91 juta orang terhadap September 2017.
Ø  Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 7,02 persen, turun menjadi 6,89 persen pada September 2018. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2018 sebesar 13,20 persen, turun menjadi 13,10 persen pada September 2018.
Ø  Dibanding Maret 2018 jumlah penduduk miskin September 2018 di daerah perkotaan turun sebanyak 13,1 ribu orang (dari 10,14 juta orang pada Maret 2018 menjadi 10,13 juta orang pada September 2018). Sementara itu daerah perdesaan turun sebanyak 262,1 ribu orang (dari 15,81 juta orang pada Maret 2018 menjadi 15,54 juta orang pada September 2018).
Ø  Garis Kemiskinan pada September 2018 tercatat sebesar Rp 410.670,- /kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 302.022,- (73,54 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp 108.648,- (26,46 persen).
Ø  Pada September 2018 secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,63 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp 1.901.402,-/rumah tangga miskin/bulan.


2.2.         Kesenjangan Pendapatan

2.2.1        Definisi Kesenjangan Pendapatan
Kesenjangan pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas, dari istilah yang kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini sangat berdampak pada pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai subsidi modal terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan ( ketrampilan ) tenaga kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang terjadinya sesungguhnya adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang tepat dan bersifat struktural.
Kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu.
Kaitan Kemiskinan dengan Kesenjangan Pendapatan, ada beberapa pola, yaitu :
a.       Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
b.      Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).
c.       Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
d.      Semua anggota masyarakat mempunyai income yang rendah (semuanya miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.
e.       Tingkat income masyaraka bervariasi ( sebagian miskin,sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
f.       Tingkat income masyarakat bervariasi (sebagian miskin, sebagian tidak miskin)tetapi ketimpangan  pendapatannya rendah

2.2.2        Faktor-faktor penyebab Kesenjangan Pendapatan
Masalah kesenjangan pendapatan tidak hanya dihadapi oleh negara sedang berkembang, namun negara maju sekalipun tidak terlepas dari permasalahan ini.
Perbedaannya terletak pada proporsi atau besar kecilnya tingkat ketimpangan yang terjadi, serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan jumlah penduduk.

Untuk mencapai tujuan meningkatkan distribusi pendapatan adalah adanya pelaksanaan pembangunan ekonomi, Suryono (2000) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan  perkapita penduduk atau suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Menurut Tadoro (2006) bahwa dalam mengukur distribusi pendapatan diukur dari 2 ukuran pokok yaitu distribusi pendapatan pribadi atau distribusi pendapatan personal dan distribusi fungsional yang mempertimbangkan individu sebagai totalitas yang terpisah pisah, yang menggambarkan penerimaan pendapatan penduduk yaitu 40% penduduk pendapatannya paling rendah, 40% penduduk pendapatanya menengah, 20% penduduk menerima pendapatan nya yang paling tinggi.

Ketimpangan pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara masyarakat atau daerah maju dengan daerah yang tertinggal. Semakin besar jurang pendapatan maka semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan disparitas pendapatan. Hal tersebut tidak dapat dihindari karena adanya efek perembesan kebawah (trickle down effect) dari output secara sempurna. Hasil output nasional hanya dinikmati oleh segelintir golongan minoritas dengan tujuan tertentu (Musfidar, 2012)

Beberapa ukuran yang sering digunakan antara lain :
1)      Indeks Gini
2)      Indeks Theil
3)      Ukuran ketimpangan dari bank dunia
Faktor penyebab terjadinya ketimpangan pendapatan :
1.      Pertumbuahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan penurunan pendapatan perkapita
2.      Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proposional dengan tambahan produksi barang barang
3.      Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
4.      Investasi yang sangat banyak dalam proyek proyek padat modal sehingga persentase pendapatan modal kerja tambah besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah
5.      Rendahnya mobilitas sosial
6.      Pelaksanaan kebijakan industri subsitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga harga barang hasil industri untuk melindungi usaha usaha golongan kapitalis
7.      Memburuknya nilai tukar bagi negara negara yang sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara negara maju, sebagai akibat dari ketidak elastisan permintaan negara negara maju terhadap barang barang ekspor NSB
8.      Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dll.

2.2.3        Dampak Kesenjangan pendapatan
Adapun dampak dari kesenjangan pendapatan antara lain :
1.      Kemiskinan yang semakin bertambah di daerah daerah yang memiliki pendapatan rendah
2.      Pertumbuhan ekonomi sulit dicapai
3.      Pembangunan antar daerah sulit disamaratakan

2.2.4        Strategi mengatasi kesenjangan pendapatan
Untuk mengatasi adanya kesenjangan pendapatan, diperlukannya upaya upaya seperti hal nya dalam mengatasi kemiskinan, yaitu antara lain :
1.      Subsidi modal terhadap kelompok miskin
2.      Peningkatan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja terutama pada daerah daerah pedalaman
3.      Menciptakan strategi pembangunan yaitu moderenisasi pertanian dengan melibatkan sektor industri sebagai unit pengolahnya
4.      Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan membuat suatu jaringan pengamanan sosial untuk penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan keuntungan – keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat dari ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik
5.      Memperhatikan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas khususnya pertumbuhan ekonomi yang bisa meningkatkan sektor padat karya, industri dan pertanian karena hal tersebut dapat menciptaka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi pengangguran. 


BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup seperti sandang, pangan, dan papan
Masalah kemiskinan di Indonesia memang sangat rumit untuk dipecahkan karena kurangnya kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan juga pihak terkait yang seharusnya bisa menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia. Namun, bukan berarti masalah kemiskinan di Indonesia tidak bisa di selesaikan.
Upaya penurunan tingkat kemiskinan sangat bergantung pada pelaksanaan dan pencapaian pembangunan di berbagai bidang. Oleh karena itu, agar pengurangan angka kemiskinan dapat tercapai, dibutuhkan sinergi dan koordinasi program-program pembangunan di berbagai sektor,terutama program yang menyumbang langsung penurunan kemiskinan.
Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan.

3.2         Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di era globalisasi ini, diperlukan usaha usaha yang lebih kreatif, inovatif dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk masyarakat dapat mengeksplorasi diri agar lebih baik lagi, disini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk terus memberikan pelatihan pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM, kualitas SDM yang bagus akan membuka peluang-peluang lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

DAFTAR PUSTAKA